Risiko penggunaan Antibiotik yang tidak bijak, salah dan berlebihan bisa membahayakan kesehatan tubuh pengguna. Perlu dipahami bahwa penggunaan Antibiotik sebenarnya harus melalui resep dokter dan berdasarkan indikasi yang tepat. Itulah mengapa kita harus berhati-hati dalam menggunakan antibiotik bagi keluarga kita, karena pada dasarnya harus melalui resep dokter.
Hasil studi para peneliti menjelaskan bahwa penggunaan antibiotik cenderung tidak sesuai ketentuan dan berlebihan, selain itu penggunaan antibiotik diberikan pada kondisi saat tubuh tidak memerlukan antibiotik. Studi berikutnya yang dilakukan YOP menunjukkan 86 persen lebih anak-anak yang terkena infeksi virus seperti demam, diberikan antibiotik, padahal mereka bisa sembuh tanpa obat,dan praktik konsumsi obat seperti ini berpotensi membahayakan kesehatan.
Mengacu pada penjelasan dokter spesialis anak dr. Purnamawati S. Pujiarto, Sp.AK, MMPed, aktivis Yayasan Orangtua Peduli (YOP), beliau menjelaskan bahwa, balita biasanya akan mengalami sakit ringan antara 8 sampai 12 kali dalam setahun, seperti batuk pilek, diare (tanpa darah) dan flu. Dan infeksi pada kondisi ini secara umum bersifat self limiting disease atau kita artikan bisa sembuh sendiri, karena ini adalah mekanisme alamiah untuk menstimulasi sistem imun anak. Setelah 6 tahun keatas anak akan mulai menemukan kekebalannya dan mulai jarang sakit.
Kita juga mengacu pada hasil studi WHO 2005 di Indonesia, bahwa 50 % resep di puskesmas dan rumah sakit kita mengandung antibiotik. Sementara itu berdasar survei nasional tahun 2009, menjelaskan bahwa antibiotik akan diresepkan dan digunakan untuk penyakit-penyakit yang disebabkan oleh serangan virus seperti diare akut, flu (selesma). Untuk itulah perlu dipahami, bahwa pemberian antibiotik yang tidak tepat, baik itu dosisnya tidak tepat, frekuensi yang salah, waktu pemberian yang terlalu singkat atau terlalu lama, bisa, itu semua sangat berisiko.
Dari praktik yang salah diatas, akan menimbulkan resiko yang tidak ringan seperti kesalahan (tidak tepat) dalam pemberian antibiotik akan mengurangi efektivitas dalam membunuh mikroba, akan menimbulkan resistensi yang justru bisa menyebabkan penderita sakit lebih berat, lebih lama, serta biaya pengobatan yang lebih mahal, bahkan juga berisiko terpapar risiko toksisitas, yang bisa menimbulan kematian pasien.
Berikut point penting yang harus kita pahami:
~ Batuk pilek. Tidak tepat menggunakan antibiotik untuk gangguan sakit seperti batuk pilek, karena batuk pilek penyebabnya adalah virus (bukan mikroba dan bakteri).
~ Batuk atau bronchitis. Perlu pemeriksaan dokter untuk menentukan ini, apakah perlu antibiotik atau tidak, karena meski kebanyakan penyebabnya adalah virus, namun bila pasien mengalami gangguan dengan paru-parunya atau penyakit yang berlangsung sudah cukup lama, bisa jadi disebabkan oleh bakteri.
~ Radang tenggorokan. Ini juga perlu pemeriksaan dokter. Jika gangguan disebabkan oleh virus tentu tidak memerlukan antibiotik. Namun ada juga gangguan tenggorokan yang disebut strep throat yang memang disebabkan oleh bakteri dan perlu resep dokter untuk mendapatkan antibiotik.
~ Infeksi telinga. Antibiotik hanya digunakan untuk jenis infeksi telinga tertentu, Ada beberapa jenis infeksi telinga yang tidak perlu Antibiotik. Perlu analisa dokter.
~ Infeksi sinus. Periksakan ke dokter untuk menentukan hal ini, hidung yang mengeluarkan ingus baik yang kuning atau hijau bukan berarti harus membutuhkan antibiotik.
~ Gunakan antibiotik sesuai resep dokter dan pastikan telah menghabiskan semua antibiotik yang diberikan, meski merasa kondisi tubuh telah membaik. Hal ini berguna untuk mengurangi kemungkinan terjadinya resistensi pada bakteri yang masih tersisa/tinggal di tubuh penderita.
~ Penting bagi kita, jangan menggunakan antibiotik tanpa resep dokter. Jangan menggunakan sisa antibiotik sebelumnya yang pernah anda terima, meski untuk kasus sakit yang sama. Bila dosisnya tidak cukup atau tidak sesuai justru akan membuat bakteri menjadi resisten , sehingga tak mampu untuk membunuh seluruh bakteri di tubuh.
~ Dampak penggunaan antibiotik yang salah/tidak bijak adalah selain membuat resistensi bakteri, jika seseorang terlalu sering minum antibiotik ternyata bisa memicu kegemukan, ini menurut studi di Uppsala University Swedia, korelasinya berhubungan dengan terganggunya flora normal atau mikroorganisme di dalam tubuh yang berperan dalam pencernaan makanan.
Demikianlah point-point penting yang harus dipahami dalam penggunaan Antibiotik untuk keluarga kita tercinta. Harapannya, bisa lebih bijak dan mengerti dalam menentukan langkah dalam mengatasi gangguan penyakit, yang berhubungan dengan penggunaan antibiotik. Terima-kasih dan sampai jumpa di lain waktu.
Hasil studi para peneliti menjelaskan bahwa penggunaan antibiotik cenderung tidak sesuai ketentuan dan berlebihan, selain itu penggunaan antibiotik diberikan pada kondisi saat tubuh tidak memerlukan antibiotik. Studi berikutnya yang dilakukan YOP menunjukkan 86 persen lebih anak-anak yang terkena infeksi virus seperti demam, diberikan antibiotik, padahal mereka bisa sembuh tanpa obat,dan praktik konsumsi obat seperti ini berpotensi membahayakan kesehatan.
Mengacu pada penjelasan dokter spesialis anak dr. Purnamawati S. Pujiarto, Sp.AK, MMPed, aktivis Yayasan Orangtua Peduli (YOP), beliau menjelaskan bahwa, balita biasanya akan mengalami sakit ringan antara 8 sampai 12 kali dalam setahun, seperti batuk pilek, diare (tanpa darah) dan flu. Dan infeksi pada kondisi ini secara umum bersifat self limiting disease atau kita artikan bisa sembuh sendiri, karena ini adalah mekanisme alamiah untuk menstimulasi sistem imun anak. Setelah 6 tahun keatas anak akan mulai menemukan kekebalannya dan mulai jarang sakit.
Kita juga mengacu pada hasil studi WHO 2005 di Indonesia, bahwa 50 % resep di puskesmas dan rumah sakit kita mengandung antibiotik. Sementara itu berdasar survei nasional tahun 2009, menjelaskan bahwa antibiotik akan diresepkan dan digunakan untuk penyakit-penyakit yang disebabkan oleh serangan virus seperti diare akut, flu (selesma). Untuk itulah perlu dipahami, bahwa pemberian antibiotik yang tidak tepat, baik itu dosisnya tidak tepat, frekuensi yang salah, waktu pemberian yang terlalu singkat atau terlalu lama, bisa, itu semua sangat berisiko.
Dari praktik yang salah diatas, akan menimbulkan resiko yang tidak ringan seperti kesalahan (tidak tepat) dalam pemberian antibiotik akan mengurangi efektivitas dalam membunuh mikroba, akan menimbulkan resistensi yang justru bisa menyebabkan penderita sakit lebih berat, lebih lama, serta biaya pengobatan yang lebih mahal, bahkan juga berisiko terpapar risiko toksisitas, yang bisa menimbulan kematian pasien.
Berikut point penting yang harus kita pahami:
~ Batuk pilek. Tidak tepat menggunakan antibiotik untuk gangguan sakit seperti batuk pilek, karena batuk pilek penyebabnya adalah virus (bukan mikroba dan bakteri).
~ Batuk atau bronchitis. Perlu pemeriksaan dokter untuk menentukan ini, apakah perlu antibiotik atau tidak, karena meski kebanyakan penyebabnya adalah virus, namun bila pasien mengalami gangguan dengan paru-parunya atau penyakit yang berlangsung sudah cukup lama, bisa jadi disebabkan oleh bakteri.
~ Radang tenggorokan. Ini juga perlu pemeriksaan dokter. Jika gangguan disebabkan oleh virus tentu tidak memerlukan antibiotik. Namun ada juga gangguan tenggorokan yang disebut strep throat yang memang disebabkan oleh bakteri dan perlu resep dokter untuk mendapatkan antibiotik.
~ Infeksi telinga. Antibiotik hanya digunakan untuk jenis infeksi telinga tertentu, Ada beberapa jenis infeksi telinga yang tidak perlu Antibiotik. Perlu analisa dokter.
~ Infeksi sinus. Periksakan ke dokter untuk menentukan hal ini, hidung yang mengeluarkan ingus baik yang kuning atau hijau bukan berarti harus membutuhkan antibiotik.
~ Gunakan antibiotik sesuai resep dokter dan pastikan telah menghabiskan semua antibiotik yang diberikan, meski merasa kondisi tubuh telah membaik. Hal ini berguna untuk mengurangi kemungkinan terjadinya resistensi pada bakteri yang masih tersisa/tinggal di tubuh penderita.
~ Penting bagi kita, jangan menggunakan antibiotik tanpa resep dokter. Jangan menggunakan sisa antibiotik sebelumnya yang pernah anda terima, meski untuk kasus sakit yang sama. Bila dosisnya tidak cukup atau tidak sesuai justru akan membuat bakteri menjadi resisten , sehingga tak mampu untuk membunuh seluruh bakteri di tubuh.
~ Dampak penggunaan antibiotik yang salah/tidak bijak adalah selain membuat resistensi bakteri, jika seseorang terlalu sering minum antibiotik ternyata bisa memicu kegemukan, ini menurut studi di Uppsala University Swedia, korelasinya berhubungan dengan terganggunya flora normal atau mikroorganisme di dalam tubuh yang berperan dalam pencernaan makanan.
Demikianlah point-point penting yang harus dipahami dalam penggunaan Antibiotik untuk keluarga kita tercinta. Harapannya, bisa lebih bijak dan mengerti dalam menentukan langkah dalam mengatasi gangguan penyakit, yang berhubungan dengan penggunaan antibiotik. Terima-kasih dan sampai jumpa di lain waktu.
No comments:
Post a Comment